Vibrilasi Ventrikel
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selama
70 tahun dalam kehidupan rata-rata manusia, jantung memompa kurang
lebih 4,75 liter darah tiap menit, 284,25 liter (75 galon) per jam, 57
barrel perhari, dan 1,5 juta barrel sepanjang hidup. Meskipun kerja ini
diselesaikan oleh organ jantung tampak proporsinya melebihi dari
ukurannya, untuk kebanyakan orang fungsi jantung secara normal bekerja
sepanjang hidup. Kerja pompa jantung menggerakkan darah, substansi
vital, ke seluruh tubuh, mengirimkan oksigen, dan nutrisi ke sel-sel dan
membuang sisa-sisa. Tanpa adanya kerja ini, sel-sel akan mati.
Jumlah sudden cardiac death adalah sekitar 300.000 kematian per tahun
di Amerika serikat, dimana 75-80% disebabkan oleh fibrilasi ventrikel.
Jumlah kematian yang disebabkan oleh fibrilasi ventrikel lebih banyak
dibandingkan yang disebabkan oleh kanker paru-paru, kanker payudara,
ataupun AIDS. Fibrilasi ventrikel umumnya merupakan tanda dari penyakit
jantung koroner dan bertanggung jawab dari sekitar 50% kematian akibat
PJK. Frekuensi fibrilasi ventrikel di seluruh dunia kurang lebih sama
dengan frekuensinya di Amerika Serikat. Insiden fibrilasi ventrikel pada
pria lebih tinggi dibandingkan pada wanita (3:1). Rasio ini merupakan
refleksi dari tingginya insiden PJK pada pria dari pada pada wanita.
Insiden fibrilasi ventrikel sebanding dengan insiden PJK, dengan puncak
terjadi pada usia 45-75 tahun.
Fibrilasi ventrikel adalah keadaan irama jantung yang sangat kacau,
yang biasanya berakhir dengan kematian dalam waktu beberapa menit,
kecuali jika tindakan penanganan tepat telah segera dilakukan. Fibrilasi
Ventrikel adalah salah satu jenis gangguan disritmia pembentukan impuls
di ventricular. Untuk memompa darah ke seluruh tubuh, seluruh daerah
pada jantung berkontraksi pada saat yang bersamaan. Pada kondisi
fibrilasi ventrikel, kontraksi jantung menjadi disorganisasi. Fibrilasi
ventrikel merupakan jenis disritmia yang paling banyak teridentifikasi
pada pasien cardiac arrest dan menjadi penyebab henti jantung yang
paling sering. Biasanya disebabkan oleh iskemia akut atau infark
miokard.
Bentuk dan ukuran gelombang pada fibrilasi ventrikel sangat bervariasi,
dan tidak terlihat gelombang P, QRS maupun T. Tidak ada depolarisasi
ventrikel yang terorganisasi sehingga ventrikel tidak mampu berkontraksi
sebagai suatu kesatuan. Kenyataannya, ventrikel kelihatan seperti
bergetar dengan sangat cepat dan tidak teratur tanpa menghasilkan curah
jantung. Sehingga tidak ada atau hanya sedikit darah yang dipompa oleh
jantung ke seluruh tubuh. Bentuk fibrilasi ventrikel ada yang kasar
(coarse) dan halus (fine) tergantung pada besarnya amplitudo gelombang
fibrilasi.
Dari data-data tersebut, penulis tertarik untuk membahas masalah
fibrilasi ventrikel tersebut dalam makalah keperawatan kritis II sebagai
tugas kelompok penulis.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Fibrilasi Ventrikel.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mengetahui definisi Fibrilasi Ventrikel.
b. Mahasiswa mengetahui etiologi Fibrilasi Ventrikel.
c. Mahasiswa mengetahui Anatomi & fisiologi jantung
d. Mahasiswa mengetahui patofisiologi Fibrilasi Ventrikel.
e. Mahasiswa mengetahui gejala klinis pada klien dengan Fibrilasi Ventrikel
f. Mahasiswa mengetahui gambaran EKG pada klien dengan Fibrilasi Ventrikel
g. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan kegawatdaruratan pada klien dengan Fibrilasi Ventrikel.
1.3 Metode Penulisan
Dalam
penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu
dengan penjabaran masalah-masalah yang ada dan menggunakan studi
kepustakaan dari literatur yang ada, baik di perpustakaan maupun di
internet.
1.4 Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
1.
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari : latar belakang,
tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
2. BAB II : Tinjauan teoritis terdiri dari : Definisi
Fibrilasi Ventrikel, etiologi Fibrilasi Ventrikel, pengkajian pada
klien dengan Fibrilasi Ventrikel, penatalaksanaan kegawatan pada klien
dengan Fibrilasi Ventrikel.
3. BAB III : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian
Fibrilasi ventrikel adalah depolarisasi ventrikel tidak efektif, cepat,
dan tidak teratur. Tidak ada jarak kompleks yang terlihat. Hanya ada
oskilasi tidak teratur dari garis dasar, ini mungkin ditampilkan kasar
atau halus (Hudak, 1997).
Fibrilasi ventrikel adalah denyutan ventrikel yang cepat dan tak
efektif. Pada aritmia ini denyut jantung tidak terdengar dan tidak
teraba, dan tidak ada respirasi. Polanya sangat ireguler dan dapat
dibedakan dengan aritmia tipe lainnya. Karena tidak ada koordinasi
aktivitas jantung, maka dapat terjadi henti jantung dan kematian bila
fibrilasi ventrikel tidak segera dikoreksi (Smeltzer, 2001).
2.2 Etiologi
Penyebab
yang paling umum dari fibrilasi ventrikel adalah heart attack, akan
tetapi fibrilasi ventrikel dapat terjadi ketika jantung tidak memperoleh
oksigen yang cukup, atau orang tersebut memiliki penyakit jantung yang
lain. Fibrilasi ventrikel dapat disebabkan antara lain :
1. Gangguan jantung structural.
a. Iskemik atau infark miokard akibat penyakit jantung koroner.
b. Kardiomiopati.
2. Gangguan jantung nonstructural.
a. Mekanik (commotio cordis).
b. Luka atau sengatan listrik.
c. Pre-eksitasi (termasuk Wolf-Parkinson-White syndrome).
d. Heart block.
e. Channelopathies.
f. Long QT syndrome.
g. Short QT syndrome.
h. Brugada syndrome
3. Noncardiac respiratory.
a. Bronchospasm
b. Aspirasi
c. Hipertensi pulmonal primer.
d. Emboli pulmonal.
e. Tension pneumotoraks.
4. Metabolik atau toksik.
a. Gangguan elektrolit dan asidosis.
b. Obat-obatan.
c. Keracunan.
d. Sepsis.
5. Neurologik
a. Kejang.
a. Kejang.
b. Perdarahan intrakranial atau strok iskemik.
c. Tenggelam
2.3 Anatomi & Fisiologi Jantung
Gambar 2.1 Anatomi Jantung
Anatomi jantung dapat dibagi dalam 2 kategori, yaitu:
2.3.1 Anatomi Luar.
1. Atrium.
Atrium dipisahkan
dari ventrikel oleh sulkus koronarius yang mengelilingi jantung. Pada
sulkus ini berjalan arteri koroner kanan dan arteri sirkumfleks setelah
dipercabangkan dari aorta. Bagian luar kedua ventrikel dipisahkan oleh
sulkus interventrikuler anterior di sebelah depan, yang ditempati oleh
arteri desendens anterior kiri, dan sulkus interventrikuler posterior di
sebelah belakang, yang dilewati oleh arteri desendens anterior.
2. Perikardium
Jantung dibungkus oleh jaringan ikat tebal yang disebut perikardium, terdiri dari dua lapisan yaitu perikardium viseral dan perikardium parietal. Permukaan jantung yang diliputi oleh perikardium viseral lebih dikenal sebagai epikardium, yang meluas sampai beberapa sentimeter di atas pangkal aorta dan arteri pulmonal. Selanjutnya jaringan ini akan berputar-lekuk (refleksi) menjadi perikardium parietal, sehingga terbentuk ruang pemisah yang berisi cairan bening licin agar jantung mudah bergerak saat pemompaan darah. Pada orang normal jumlah cairan perikardium adalah sekitar 10-20 ml.
Jantung dibungkus oleh jaringan ikat tebal yang disebut perikardium, terdiri dari dua lapisan yaitu perikardium viseral dan perikardium parietal. Permukaan jantung yang diliputi oleh perikardium viseral lebih dikenal sebagai epikardium, yang meluas sampai beberapa sentimeter di atas pangkal aorta dan arteri pulmonal. Selanjutnya jaringan ini akan berputar-lekuk (refleksi) menjadi perikardium parietal, sehingga terbentuk ruang pemisah yang berisi cairan bening licin agar jantung mudah bergerak saat pemompaan darah. Pada orang normal jumlah cairan perikardium adalah sekitar 10-20 ml.
3. Kerangka Jantung.
Jaringan
ikat tersusun dengan kompak pada bagian tengah jantung yang merupakan
tempat pijakan atau landasan ventrikel, atrium, dan katup-katup jantung.
Bagian tengah badan jaringan ikat tersebut disebut trigonum fibrosa
dekstra, yang mengikat bagian medial katup trikuspid, mitral, dan anulus
aorta. Salah satu perluasan penting dari kerangka jantung ke dalam
ventrikel adalah terbentuknya septum interventrikuler pars-membranasea.
2.3.2 Anatomi Dalam.
Jantung
terdiri dari 4 ruang, yaitu atrium kanan dan kiri, serta ventrikel
kanan dan kiri. Belahan kanan dan kiri dipisahkan oleh septum.
1. Atrium Kanan
Secara
anatomis atrium kanan terletak agak ke depan dibanding ventrikel kanan
atau atrium kiri. Pada bagian antero-superior atrium kanan terdapat
lekukan ruang atau kantung berbentuk daun telinga disebut aurikel. Tebal
rata-rata dinding atrium kanan adalah 2 mm. Kedua
vena bermuara pada tempat yang berbeda, vena cava superior bermuara
pada dinding supero-posterior, sedangkan vena cava inferior pada dinding
infero-latero-posterior. Pada
dinding atrium kanan terdapat nodus sumber listrik jantung, yaitu nodus
sino-atrial terletak pada pinggir lateral pertemuan muara vena cava
superior dan ayrikel, tepat di bawah sulkus terminalis. Sedangkan nodus
atrio-ventrikuler terletak pada antero-medial muara sinus koroner, di
bawah katup trikuspid.
2. Ventrikel Kanan.
Letak
ruang ini paling depan di dalam rongga dada, yaitu tepat di bawah
manubrium sterni. Sebagian besar ventrikel kanan berada di kanan depan
ventrikel kiri dan di medial atrium kiri. Perbedaan bentuk kedua
ventrikel dapat dilihat pada potongan melintang. Ventrikel kanan
berbentuk bulan sabit atau setengah bulatan, berdinding tipis dengan
tebal 4-5 mm. Bentuk ventrikel kanan seperti ini disebabkan oleh tekanan
di ventrikel kiri yang lebih besar. Secara fungsional septum lebih
berperan pada ventrikel kiri, sehingga sinkronisasi gerakan lebih
mengikuti gerakan ventrikel kiri. Dinding anterior dan inferior
ventrikel kanan disusun oleh serabut otot yang disebut trabekula karne,
yang sering membentuk persilangan satu sama lain. Otot ini di bagian
apikal ventrikel kanan berukuran besar yang disebut trabekula
septomarginal.
3. Atrium Kiri.
Atrium
kiri menerima darah dari empat vena pulmonal yang bermuara pada dinding
postero-superior atau postero-lateral, masing-masing sepasang vena
kanan dan kiri. Letak atrium kiri adalah di postero-superior dari ruang
jantung lain, sehingga pada foto sinar tembus dada tidak tampak. Tebal
dindingnya 3 mm, sedikit lebih tebal daripada dinding atrium kanan.
Endokariumnya licin dan otot pektinatus hanya ada pada aurikelnya.
4. Ventrikel Kiri.
Ventrikel
kiri berbentuk lonjong seperti telur, dimana bagian ujungnya mengarah
ke antero-inferior kiri menjadi apeks kordis. Bagian dasar ventrikel
tersebut adalah anulus mitral. Tebal dinding ventrikel kiri adalah 2-3
kali lipat dinding venttrikel kanan, sehingga menempati 75% massa otot
jantung seluruhnya. Tebal dinding ventrikel kiri saat diastol adalah
8-12 mm. Batas dinding medialnya berupa septum interventrikuler yang
memisahkannya dari ventrikel kanan. Pada dua pertiga dari dinding septum
terdapat serabut otot trabekelkarne dan sepertiga bagian endokardiumnya licin.
5. Katup Jantung.
Antara
atrium, ventrikel dan pembuluh darah besar yang keluar dari jantung
terdapat katup-katup jantung, yaitu katup atrio-ventrikuler dan katup
semiluner. Bentuk
katup semiluner aorta dan pulmonal adalah sama, tetapi katup aorta lebih
tebal. Setiap katup terdiri dari 3 lembar jaringan ikat daun katup atau
daun katup yang berbentuk huruf U. Ketiga daun katup aorta dikenal
sebagai daun katup koroner kanan, kiri dan daun katup nonkoroner. Katup
pulmonal terdiri dari daun katup anterior, daun katup kanan dan kiri.
Katup atrio-ventrikuler ada 2, yaitu katup mitral dan katup trikuspid. Katup mitral terdiri dari daun katup mitral anterior dan daun katup mitral posterior. Katup trikuspid terdiri dari 3 daun katup utama yang ukurannya tidak sama, yaitu daun katup anterior, septal dan posterior. Secara keseluruhan terdapat perbedaan bermakna antara anatomi katup mitral dan trikuspid. Katup trikuspid lebih tipis, lebih bening dan pertautan antara ketiga daun katup itu dihubungkan oleh komisura.
Katup atrio-ventrikuler ada 2, yaitu katup mitral dan katup trikuspid. Katup mitral terdiri dari daun katup mitral anterior dan daun katup mitral posterior. Katup trikuspid terdiri dari 3 daun katup utama yang ukurannya tidak sama, yaitu daun katup anterior, septal dan posterior. Secara keseluruhan terdapat perbedaan bermakna antara anatomi katup mitral dan trikuspid. Katup trikuspid lebih tipis, lebih bening dan pertautan antara ketiga daun katup itu dihubungkan oleh komisura.
6. Otot Papilaris.
Otot
ini terletak pada kedua dinding ventrikel di bawah komisura dan
merupakan proyeksi penonjolan trabekel karne, baik berbentuk tunggal
atau ganda. Otot papilaris pada ventrikel kiri terdiri dari bagian
anterior dan posterior. Otot papilaris anterios terletak pada komisura
antero-lateral, sedangkan otot papilaris posterior pada komisura
postero-medial. Di dalam ventrikel kanan terdapat 3 macam otot papilaris
yaitu otot papilaris anterior yang terbesar, terletak di bawah komisura
dan berhubungan dengan trabekel septomarginal, otot papilaris posterior
dan otot papilaris septal yang paling kecil.
7. Korda Tendinea.
Katup
mitral dan trikuspid dihubungkan dengan otot papilaris oleh korda
tendinea, yaitu jaringan ikat kuat berbentuk tali pengikat yang yang
melekat apad ujung-ujung otot papilaris. Seluruh pinggir daun katup
bertaut melalui serabut-serabut kecil tali korda untuk bertemu dengan
serabut yang lebih besar kemudian melekat pada otot papilaris. Pada saat
sistol, tekanan ventrikel kiri akan menyebar ke permukaan daun katup
secara merata dan menyebabkan ketegangan pada seluruh serabut korda.
Bila terjadi disfungsi otot papilaris atau terputusnya tali korda, maka
akan terjadi insufisiensi katup.
8. Persarafan Jantung.
Jantung
dipersarafi oleh sistem saraf otonon yaitu saraf simpatis dan
parasimpatis. Serabut-serabut saraf simpatis mempersarafi daerah atrium
dan ventrikel termasuk pembuluh darah koroner. Saraf parasimpatis
terutama memberiken persarafan pada nodus sino-atrial, atrio-ventrikuler
dan serabut-serabut otot atrium, dapat pula menyebar ke dalam ventrikel
kiri.
Rangsang simpatis akan dihantar oleh norepinefrin, sedangkan rangsang saraf parasimpatis akan dihantar oleh asetilkolin. Pada orang normal kerja saraf simpatis adalah mempengaruhi kerja otot ventrikel sedangkan parasimpatis mengontrol irama jantung dan laju denyut jantung.
Rangsang simpatis akan dihantar oleh norepinefrin, sedangkan rangsang saraf parasimpatis akan dihantar oleh asetilkolin. Pada orang normal kerja saraf simpatis adalah mempengaruhi kerja otot ventrikel sedangkan parasimpatis mengontrol irama jantung dan laju denyut jantung.
9. Arteri
Perdarahan otot jantung berasal dari aorta melalui dua pembuluh koroner utama, yaitu arteri koroner kanan dan arteri koroner kiri. Kedua arteri ini keluar dari sinus Valsava aorta. Arteri koroner kiri berjalan di belakang arteri pulmonal sebagai arteri koroner kiri utama (LMCA = left main coronary artery) sepanjang 1-2 cm. Arteri ini bercabang menjadi arteri sirkumfleks (LCx = left circumflex artery) dan arteri desendens anterior kiri (LAD = left anterior descendens artery). LCx berjalan pada sulkus atrio-ventrikuler mengelilingi permukaan posterior jantung, sedangkan LAD berjalan pada sulkus inter-ventrikuler sampai ke apeks. Kedua pembuluh darah ini bercabang-cabang memperdarahi daerah antara kedua sulkus tersebut.
Setelah keluar dari sinus Valsava aorta, arteri koroner kanan (RCA = right coronary artery) berjalan di dalam sulkus atrio-ventrikuler ke kanan bawah mencapai kruks. Cabang pertama adalah arteri atrium anterior kanan (right atrial anterior branch) untuk memperdarahi nodus sino-atrial, dan cabang lain adalah arteri koroner desenden posterior (PDA = posterior descending coronary artery) yang akan memperdarahi nodus atrio-ventrikuler.
Perdarahan otot jantung berasal dari aorta melalui dua pembuluh koroner utama, yaitu arteri koroner kanan dan arteri koroner kiri. Kedua arteri ini keluar dari sinus Valsava aorta. Arteri koroner kiri berjalan di belakang arteri pulmonal sebagai arteri koroner kiri utama (LMCA = left main coronary artery) sepanjang 1-2 cm. Arteri ini bercabang menjadi arteri sirkumfleks (LCx = left circumflex artery) dan arteri desendens anterior kiri (LAD = left anterior descendens artery). LCx berjalan pada sulkus atrio-ventrikuler mengelilingi permukaan posterior jantung, sedangkan LAD berjalan pada sulkus inter-ventrikuler sampai ke apeks. Kedua pembuluh darah ini bercabang-cabang memperdarahi daerah antara kedua sulkus tersebut.
Setelah keluar dari sinus Valsava aorta, arteri koroner kanan (RCA = right coronary artery) berjalan di dalam sulkus atrio-ventrikuler ke kanan bawah mencapai kruks. Cabang pertama adalah arteri atrium anterior kanan (right atrial anterior branch) untuk memperdarahi nodus sino-atrial, dan cabang lain adalah arteri koroner desenden posterior (PDA = posterior descending coronary artery) yang akan memperdarahi nodus atrio-ventrikuler.
10. Vena.
Aliran darah balik dari otot jantung dan sekitarnya melalui vena koroner yang berjalan berdampingan dengan arteri koroner, akan masuk ke dalam atrium kanan melalui sinus koronarius. Selain itu terdapat juga vena-vena kecil yang disebut vene Thebesii, yang bermuara langsung ke dalam atrium kanan.
Aliran darah balik dari otot jantung dan sekitarnya melalui vena koroner yang berjalan berdampingan dengan arteri koroner, akan masuk ke dalam atrium kanan melalui sinus koronarius. Selain itu terdapat juga vena-vena kecil yang disebut vene Thebesii, yang bermuara langsung ke dalam atrium kanan.
11. Pembuluh Limfe.
Pembuluh
limfe pada jantung terdiri dari 3 kelompok pleksus, yaitu
subendokardial, mokardial dan sub epikardial. Penampungan cairan limfe
dari kelompok pleksus yang paling besar adalah pleksus subepikardial,
dimana pembuluh-pembuluh limfe akan membentuk satu trunkus yang berjalan
sejajar dengan arteri koroner kemudian meninggalkan jantung di depan
arteri pulmonal dan berakhir pada kelenjar limfe antara vena kava
superior dan arteri inominata.
2.4 Patofisiologi.
Aktivitas
listrik pada fibrilasi ventrikel ditandai oleh depolarisasi sel yang
tidak beraturan melalui otot jantung ventrikel. Berkurangnya
depolarisasi yang terkoordinasi mencegah terjadinya kontraksi yang
efektif dari otot jantung dan pengeluaran darah dari jantung. Pada
pemeriksaan EKG tidak ditemukan kompleks QRS walaupun jarak amplitudo
yang melebar pada aktivitas listrik ditemukan, dari gelombang sinus di
ventrikel menyebabkan terjadinya fibrilasi ventrikel yang mungin sulit
dibedakan dengan asistol. Aritmia ini dipertahankan oleh adanya jalur
masuk yang berulang-ulang karena bagian dari otot jantung mengalami
depolarisasi secara konstan.
Fibrilasi
ventrikel dimulai ketika daerah pada miokard memiliki bagian refraksi
dan bagian konduksi pada jalur masuk. Adanya kombinasi ini menghasilkan
irama sendiri. Fibrilasi
ventrikel terjadi pada situasi klinis yang bervariasi, namun lebih
sering dihubungkan dengan penyakit jantung koroner (PJK) dan sebagai
kondisi terminal. Firilasi ventrikel dapat disebabkan oleh infark
miokard akut atau iskemik, atau dapat pula disebabkan oleh skar infark
yang kronik. Akumulasi kalsium intraseluler, aktivitas radikal bebas,
gangguan metabolik, dan modulasi autonom memiliki pengaruh yang besar
pada perkembangan fibrilasi ventrikel pada iskemik.2
Terdapat 3 jenis sel dalam jantung yang berperan dalam proses impuls normal di dalam jantung, yaitu:
Terdapat 3 jenis sel dalam jantung yang berperan dalam proses impuls normal di dalam jantung, yaitu:
1. Sumber daya listrik jantung.
Sel perintis (pacemaker cells) Nodus
sino- atrial (SA) adalah pacemaker jantung. Ia terletak di atas krista
terminalis, dibawah pembukaan vena cava superior di dalam atrium kanan.
2. Kabel jantung.
Sel konduksi listrik. Impuls
yang dihasilkan oleh nodus SA diantar melalui otot-otot atrial untuk
menyebabkan sinkronisasi kontraksi atrial. Impuls tiba ke nodus
atrioventrikular (AV) yang terletak di septum interatrial dibawah
pembukaan sinus koronaria. Dari sini impuls diantar ke ventrikel melalui
serabut atrioventrikular (His) yang turun ke dalam septum
interventrikular. Serabut His terbagi menjadi 2 cabang kanan dan kiri
yang menghantar serabut Purkinje untuk tetap didalam subendokardium dari
ventrikel. Posisi serabut Purkinje menentukan kontraksi ventrikel yang
hampir sinkron.
3. Mesin kontraksi jantung.
Sel miokardium. Jika
sebuah gelombang depolarisasi mencapai sebuah sel jantung, kalsium akan
dilepaskan ke dalam sel sehingga sel tersebut berkontraksi. Sel jantung
memiliki banyak sekali protein kontraktil, yaitu aktin dan miosin.
2.5 Gejala Klinis.
Fibrilasi
ventrikel menyebabkan ketidaksadaran sementara. Pasien mengalami
pelemahan denyut jantung sehingga denyut jantung tidak terdengar dan
teraba, dan tidak ada respirasi. Jika tidak diobati penderita biasanya
mengalami konvulsi dan berkembang menjadi rusaknya otak setelah 5 menit
karena oksigen tidak lagi mencapai otak. Kematian akan segera mengikuti.
2.6 Gambaran EKG
Karateristik :
1. Frekwensi: Cepat, tak terkoordinasi dan tak efektif.
2. Gelombang P: Tidak terlihat.
3. Kompleks QRS: Cepat, undulasi ireguler tanpa pola yang khas (multifokal). Ventrikel hanya memiliki gerakan yang bergetar.
4. Hantaran:
Banyak focus di ventrikel yang melepaskan impuls pada saat yang sama
mengakibatkan hantaran tidak terjadi; tidak terjadi kontraksi ventrikel.
5. Irama: Sangat ireguler dan tidak terkordinasi, tanpa pola yang khusus.
Gambar 2.2 Gambaran EKG pada pasien dengan Fibrilasi Ventrikel
2.7 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan.
1. Defibrilasi (200 J) harus dilakukan secepat mungkin.
2. Jika defibrilasi tidak berhasil, berikan energi lanjutan sebesar
200 J, kemudian 360 J bila fibrilasi ventrikel masih terjadi.
3. Setelah pemberian kejutan, monitor EKG sering memperlihatkan garis
lurus isoelektrik selama beberapa detik, jadi tunggu beberapa saat
sebelum menilai efeknya. Lebih dari 80% pasien yang selamat mengalami
kardioversi fiibrilasi ventrikel pada satu dari tiga pemberian kejutan
pertama.
4. Jika aritmia tetap berlanjut, maka identifikasi dan koreksi semua
faktor reversibel (hipoksemia, hiperkalemia, asidosis berat) dan berikan
epinefrin secara intravena (1 mg = 1 ml dari larutan 1:1000 atau 10 ml
dari larutan 1:10.000) tiap 2-3 menit selama terjadi fibrilasi
ventrikeluntuk memperbaiki perfusi koroner dan serebral.
5. Lanjutkan kompresi dada selama 1 menit, kemudian coba defibrilasi lagi hingga berhasil atau usaha resusitasi gagal.
6. Setelah dua atau tiga kali siklus satu menit gagal, pertimbangkan
untuk memberi obat antiaritmia seperti lidokain (lignokain) (100 mg
i.v).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fibrilasi
ventrikel adalah denyutan ventrikel yang cepat dan tak efektif. Pada
aritmia ini denyut jantung tidak terdengar dan tak teraba dan tidak ada
respirasi. Polanya sangat ireguler dan dapat dibedakan dengan aritmia
tipe lainnya. Karena tidak ada koordinasi aktivitas jantung, maka dapat
terjadi henti jantung dan kematian bila fibrilasi ventrikel tidak segera
dikoreksi.
Penyebab
yang paling umum dari fibrilasi ventrikel adalah heart attack, akan
tetapi fibrilasi ventrikel dapat terjadi ketika jantung tidak memperoleh
oksigen yang cukup, atau orang tersebut memiliki penyakit jantung yang
lain.
Fibrilasi ventrikel menyebabkan ketidaksadaran sementara. Jika tidak
diobati penderita biasanya mengalami konvulsi dan berkembang menjadi
rusaknya otak setelah 5 menit karena oksigen tidak lagi mencapai otak.
Kematian akan segera mengikuti.
Penanganan segera pada pasien dengan fibrilasi ventrikel adalah dengan
defibrilasi dan disertai dengan bantuan RJP dan obat-obatan antiaritmia.
3.2 Saran
Berdasarkan hasil makalah , peneliti ingin memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi
rekan-rekan mahasiswa diharapkan dapat mempergunakan hasil makalah ini
dengan sebaik-baiknya dan dapat menjadi bahan gambaran informasi tentang
fibrasi ventrikel.
2. Bagi
perawat gawat darurat agar dapat melakukan tindakan kegawatdaruratan
dengan cepat dan tepat. Sehingga pasien dapat diselamatkan dari
resiko-resiko kerusakan organ dan bahkan kematian.
DAFTAR PUSTAKA
Gray, Huon H.,dkk. 2005. Lecture Notes Kardiologi. Jakarta: Erlangga
Hudak, Carolyn M.,dkk. 1997. Keperawatan Kritis Volume I. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C.,dkk. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Volume 2. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar